Pembelajaran
Konsumen
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat
didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang berasal dari hasil pengalaman
masa lalu.
Pembelajaran konsumen merupakan proses dimana
para individu memperoleh pengetahuan dan pengalaman pembelian dan konsumsi yang
mereka terapkan pada perilaku yang berhubungan di waktu yang akan datang.
Walaupun beberapa pembelajaran disengaja, kebanyakan pembelajaran di peroleh
secara kebetulan. Unsur-unsur pokok yang meyumbang pada pemahaman terhadap
pembelajaran adalah motivasi, petunjuk, tanggapan, penguatan.
Teori Pembelajaran
Ada dua aliran
pemikir tehadap pemahaman proses pembelajaran konsumen:
1. Pembelajaran
Perilaku ;
Menitiberatkan pada
dorongan pada pengaruh perilaku atau perilaku itu sendiri.
2. Pembelajaran
Kognitip ;
Menitiberatkan pada
pemecahan masalah dan menekankan pada variabel pemikiran konsumen yang
mempengaruhi pembelajaran.
Dalam kelompok
perilaku dikembangkan dua teori pembelajaran , perbedaan terjadi pada classical
conditioning dan Instrumental conditioning.
Pada classical
conditioning menerangkan perilaku berdasar pada pendirian hubungan tertutup
antara dorongan primer dan dorongan sekunder. Sedangkan , Instrumental
conditioning memandang perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen .
Kepuasan mengarahkan pada kemungkinan melakukan pembelian.
Pembelajaran
mengarahkan kepada pembelian yang berulang dan kebiasaan. Dalam model yang
menggambarkan perilaku kebiasaan pembelian, pengarahan kebutuhan mengarah
langsung pada perhatian membeli, pembelian selanjutnya, dan evaluasi sesudah
pembelian. Proses pencarian informasi dan evaluasi merek sangat sedikit
(minimal).
Kebiasaan
menggambarkan dua fungsi penting, yaitu penurunan resiko untuk pembelian dengan
tingkat keterlibatan yang tinggi dan penghematan waktu serta energi untuk
produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah. Kebiasaan seringnya mengarahkan
kepada kesetiaan merek yaitu pada pembelian yang berulang berdasarkan pada
kesesuaian merek. Teori pembelajaran yang berbeda menjabarkan dua pandangan
yang berbeda terhadap kesetiaan merek.
Pendekatan instrumental
conditioning menunjukkan bahwa pembelian yang konsisten terhadap suatu merek
mencerminkan komitmen terhadap suatu merek. Tetapi sebagian loyalitas
mencerminkan pembelian yang berulang adalah bukan karena komitmen dengan merek
tetapi merupakan proses inertia. Kelompok kognitip percaya bahwa perilaku saja
tidak cukup sebagai ukuran loyalitas, diperlukan komitmen sikap terhadap suatu
merek.
Ilustrasi Teori
Pembelajaran
1) Ilustrasi dari
classical conditioning(membiasakan)
- Pavlov àeksperimen
terhadap anjing
- Membiasakan sesuatu
kepada konsumen sehingga ada stimulus
2) Ilustrasi dari
instrumental conditioning(belajar dari kesalahan)
- Jika suatu stimulus
yang diberikan mendapat respon negative atas pengalamannya dimasa lalu maka
konsumen tidak akan menerima stimulus tersebut untuk masa akan datang (belajar
dari kesalahan)
3) Ilustrasi dari
cognitive learning
- konsumen berprilaku
menyelesaikan masalah
- Masalah tersebut
diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk yang mungkin
menyelesaikan masalah yang di hadapi.
4) Ilustrasi
pembelajaran pasif
- penerapannya pada
media sebagai sarana memasang iklan (produk dengan tingkat keterlibatan rendah.
- Sebaiknya iklan
menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa symbol-simbol
dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap konsumen.
Pembelajaran Kognitif
(Cognitive Learning)
pada perspektif
kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai masalahnya.
Timbulmnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang harus
diselesaikan. Perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian masalah.
Cognitive learning
menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran konsumen, sementara itu
classical conditioning menekankan pada hasil yang didasarkan pada asosiasi
stimulus.
Relevansi Pengaruh
Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran
Pendekatan perilaku
mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan
masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil
keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan
perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian
produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi
yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.
Loyalitas konsumen
Terdiri dari :
1. Loyalitas merek (brand loyality)
Konsumen sangat loyal terhadap merek pilihannya.
2. Loyalitas merek adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang di representasikan dalam pembelian konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.
Pendekatan loyalitas merek
a. Pendekatan instrumental conditioning; memendang bahwa pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah menunjukan loyalitas merek. Jadi mengukur seseorang loyal atau tidaknya dilihat dari frekuensi dan konsistensi perilaku pembelian terhadap suatu merek.
b. Pendekatan kognitif; memandang bahwa perilaku itu sendiri tidak merefleksikan loyalitas merek. Komitmen terhadap merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus.
1. Loyalitas merek (brand loyality)
Konsumen sangat loyal terhadap merek pilihannya.
2. Loyalitas merek adalah sikap menyenangi terhadap suatu merek yang di representasikan dalam pembelian konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.
Pendekatan loyalitas merek
a. Pendekatan instrumental conditioning; memendang bahwa pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah menunjukan loyalitas merek. Jadi mengukur seseorang loyal atau tidaknya dilihat dari frekuensi dan konsistensi perilaku pembelian terhadap suatu merek.
b. Pendekatan kognitif; memandang bahwa perilaku itu sendiri tidak merefleksikan loyalitas merek. Komitmen terhadap merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus.
Kecendrungan konsumen berprilaku loyal:
1. Konsumen yang loyal terhadap merek cendrung lebih percaya diri terhadap pilihannya
2. Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat resiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.
3. Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko.
4. Kelompok konsumen yang minoritas cendrung untuk lebih loyal terhadap merek.
1. Konsumen yang loyal terhadap merek cendrung lebih percaya diri terhadap pilihannya
2. Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat resiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.
3. Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko.
4. Kelompok konsumen yang minoritas cendrung untuk lebih loyal terhadap merek.
Pembelajaran Vicarious
Pembelajaran vicarious adalah ide yang sederhana yang
mengacu kepada seseorang merubah perilakunya karena mereka mengamati perilaku
orang lain serta konsekuensi yang diterimanya.
Kegiatan utama pemodelan dalam pemasaran:
1. Pemodelan membantu orang yang mengamati, memiliki satu atau lebih pola tanggapan baru yang sebelumnya belum ada dalam daftar perilaku mereka.
2. Pemodelan digunakan untuk menurunkan atau menghambat perilaku yang tidak diinginkan.
3. Terdapat fasilitas tanggapan, dimana perilaku orang lain semata hanya berfungsi sebagai ransangan pembeda bagi pengamat dalam memfasilitasi kemunculan tanggapan yang telah dipelajari sebelumnya.
Kegiatan utama pemodelan dalam pemasaran:
1. Pemodelan membantu orang yang mengamati, memiliki satu atau lebih pola tanggapan baru yang sebelumnya belum ada dalam daftar perilaku mereka.
2. Pemodelan digunakan untuk menurunkan atau menghambat perilaku yang tidak diinginkan.
3. Terdapat fasilitas tanggapan, dimana perilaku orang lain semata hanya berfungsi sebagai ransangan pembeda bagi pengamat dalam memfasilitasi kemunculan tanggapan yang telah dipelajari sebelumnya.
Referensi :
http://izzatimulia.blogspot.com/2010/04/proses-pembelajaran-konsumen.html
http://www.slideshare.net/verenasitumorang/pembelajaran-konsumen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar